Sebuah dusun yang jauh dari keramaian dan hanya di huni oleh beberapa warga saja, pada tahun 1938 Sesepuh Dusun Karang Belek yang bernama mbah Soikromo menuturkan kepada warganya bahwa beliau mendapatkan petunjuk dari para leluhur untuk membongkar gundukan tenah aneh yang berada disebelah selatan dusun. Salah satunya yaitu di Ngawi, ngawi adalah salah satu kota yang dikenal sebagai penemuan fosil manusia purba seperti Pithecantropus Erectus atau penemuan berbagai macam arca peninggalan Kerajaan Majapahit. Menurut cerita yang beredar, Arca Banteng ditemukan oleh Mbah Soikromo. Penggalian yang dibantu oleh warga, menemukan tumpukan batu yang serupa dengan banteng pada tahun 1938 silam. Selain bentuknya seperti hewan banteng, konon katanya sebelum digali gundukan tersebut dikerumuni banteng. Itu pula yang menjadi alasan penamaan ‘banteng’ pada arca tersebut.
Lokasi Arca Banteng ini di dekat pemukiman warga, sayang sekali lokasi tersebut tertutupi oleh bangunan rumah warga sehingga tidak terlihat dari pinggir jalan, untung saja masih ada papan keterangan lokasi arca banteng tersebut. Di katakan aneh karena gundukan tanah tersebut selalu di tunggui oleh hewan-hewan liar yang disebut Banteng. Setelah disetujui oleh semua warga, tepatnya pada hari jum’at legi dengan menggunakan cangkul Mbah Soikromo dan semua warga membongkar gundukan tanah itu dan menemukan 2 patung peninggalan leluhur yang beragama Hindu SIWA, patung tersebut bernama GANESHA dan NANDI. Setelah penemuan itu Mbah Soikromo hendak mengganti nama dusun Karang Belek dengan nama baru dan sekaligus memberi nama temuan tersebut. Karena sebelum di temukan Arca semua warga melihat suatu kejadian aneh yakni melihat banyak hewan BANTENG maka nama dusun dan penemuan tersebut dinamakan ARCA BANTENG / RECO BANTENG.
Arca kuno yang ditemukan oleh seorang warga Desa Banyubiru, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, beberapa waktu lalu, diperkirakan merupakan peninggalan zaman Kerajaan Majapahit. Kondisi Arca Banteng yang ditemukan pada 1938 silam tersebut tampak memprihatinkan. Sebagian fondasinya hancur. Bentuk patung Ganesha, banteng, stupa, dan empat yoni sudah tidak lagi utuh. Pagar kawat berduri yang mengelilingi area tersebut telah berkarat. Akses jalan menuju lokasi masih belum mulus.Perawatan selama ini sebatas membersihkan sampah dedaunan,’’ ungkap Widayu, sapaan karib Widayunarko.
Menurut cerita warga sekitar, arca banteng ditemukan oleh mbah Soikromo yang di bantu warga dalam proses penggalianya dari gundukan tanah di desa karang belek (sekarang dusun recobanteng) sekitar tahun 1938 silam. Beliau merasa curiga terhadap sebuah gundukan yang selalu di tunggu oleh hewan banteng, setelah di gali dengan beberapa warga beliau menemukan benda benda bersejarah yang di yakini peninggalan kerajaan majapahit. Asal muasal dinamakanya dusun tersebut (Reco Banteng) juga dari ditemukanya benda benda peninggalan tersebut, yakni Reco / Arca yang berarti patung dan Banteng yang berarti Hewan Banteng.
Dari penggalian warga tersebut ditemukan beberapa patung yakni patung ganesha dan beberapa patung yang menyerupai binatang dan salah satunya adalah banteng/kerbau/sapi. Situs peninggalan tersebut sedikit tidak terawat, banyak patung yang rusak. Konon katanya dulu pernah ada yang mencuri salah satu patung tersebut, dan pencuri tersebut di kabarkan langsung meninggal dunia dan patung kembali pada posisi semula. Entah cerita tersebut benar atau tidak, yang jelas perbuatan tersebut memang tidak pantas di contoh demi melestarikan warisan sejarah dan budaya di Indonesia dan Kota Ngawi khususunya. Adapun papan larangan sebagai berikut ada gambar dokumentasi peneliti yaitu,
Gambar 1.1 ( Dokumentasi peneliti mengenai papan larangan).
Lalu ada juga mengenai cagar budaya dalam situs benteng arca reco yaitu GANASHA , peneliti akan menejlaskan Ganasha itu merupakan salah satu DEWA terkenal dalam agama hindu dan banyak dipuja oleh UMAT HINDU, yang memiliki gelar sebagai dewa pengetahuan dan kecerdasan, dewa pelindung, dewa penolak bala / bencana dan dewa kebijaksanaan. Lukisan dan patungnya adalah ditemukan diberbagai penjuru India, dalam relief, patung dan lukisan, ia sering digambarkan berkepala gajah, berlengan empat dan berbadan gemuk. Ia dikenal pula dengan nama Ganapati, Winayaka dan Pilleyar. Pemujaan terhadap Ganesa sangat luas hingga menjalar keumat jaina,budha dan diluar Hindia. Ganesa muncul sebagai dewa tertentu dengan wujud yang khas pada abad ke-4 sampai abad ke-5 M Selama periode Gupta. Selain Genesha Adapun mengenai NANDI , nandi merupakan lembu yang menjadi kendaraan dari dewa SIWA dalam mitologi HINDU.4 Candi yang mempunyai arca Nandi biasanya dikategorikan sebagai candi untuk pemujaan agama Hindu Siwa. Nandi adalah nama lembu gumarang (lembu yang mempunyai dasar Warna putih bertaburakan merah kuning keemasan), dalam cerita pedalangan ,nandi dikenal pula dengan nama nandini atao handini.nandi adalah anak raja jin bernama prabu patanam di Negara dahulagari,sebelah timur pegunungan tengguru/Himalaya.nandi mempunyai saudara sekandung yang dilahirkan kembar,berwujud raksasa masing masing bernama cingkarabaladan balakupata,yang menjadi penjaga pintu gapura selamatangkep di kahyangan jongring saloka5.
Nandi sangat sakti ,kuat dan Bengal,karena kesaktianya nandi menobatkan diri sebagai penguwasa jagad raya,di sanjungdan di puja oleh rakyat di jasirah dahulagiri.mendengarpemujaan nandi yang berlebihan itu,sanghyang manik maya/bethara gurumenjadi sangat murka.karana di seluruh tribuana (jagad maya pada ,madyapada, arcapada) seharusnya tidak ada yang pantas dipuja dan di sembah selain dirinya sebagai raja dewata. Adapun dokumentasi mengenai nandi sebagai berikut .
Gambar 1.2 (Dokumen peneliti merupakan gambar nandi).
Adapun juga ditemukan Arca Lingga Yoni Lingga Yoni adalah lambang alat vital laki-laki (lingga)dan alat vital wanita (yoni) atau proses penciptaan manusia. Sejak zaman dahulu lingga yoni dijadikan pusat pemujaan kepada Tuhan. Lingga yoni merupakan simbol penciptaan manusia dan dianggap sesuatu yang sakral Lingga dilambangkan dengan tiang atau tonggak, biasa berbentuk persegi atau silinder.Yoni dilambangkan sebuah wadah yang berbentuk persegi atau lingkaran yang memiliki pancuran. Dalam terminologi Hindu Lingga Yoni disebut pembangkitan kundalini, proses kenaikan shakti dari satu cakra ke cakra di atasnya, dari satu kesadaran ke kesadaran di atasnya, harus melalui jaringan fisiologis fisik manusia yang melingkar- lingkar, mirip tubuh ular. Maka shakti atau kesadaran atma disebut juga kundalini, yang dilambangkan sebagai yoni atau vagina. Karena lembut penuh kasih, begitu kundalini bangkit, segala kekotoran yang menyumbat kesadaran terkikis habis, tanpa sisa. Adapun gambar yang diambil dokumentasi dari peneliti sebagai berikut.
Gambar 1.3
Dan selain itu di temukan stupa , Stupa adalah pagoda yang berbentuk persegi 5 atau 7 yang diatasnya ada bunga teratai dan pada oerseginya terdapat gambar-gambar suatu keyakinan agama yang melambangkan kejayaan,kedamaian dan kemakmuran suatu golongan atau daerah. Di India kuno, bangunan stupa digunakan sebagai makam, tempat menyimpan abu kalangan bangsawan atau tokoh tertentu. Di kalangan Buddhis, stupa menjadi tempat menyimpan relik Buddha. Setelah wafat lalu dikremasi, sisa pembakaran yang berupa kristal yang juga disebut sebagai relik atau sarira disimpan dalam delapan stupa terpisah yang didirikan di India Utara. Dalam perkembangannya, stupa menjadi lambang Agama Buddha. Semasa pemerintahan Ashoka, dibangun banyak stupa untuk menanandakan kedudukan Agama Buddha sebagai agama utama di India. Demikian pula di Asia Timur dan Asia Tenggara, stupa didirikan sebagai bukti pengakuan terhadap Agama Buddha di wilayah yang bersangkutan. Bagi kita sekarang, stupa dapat menjadi petunjuk seberapa luas Agama Buddha tersebar di suatu wilayah.
Bangunan stupa di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan di India maupun di Asia Timur. Di tempat lain banyak bangunan stupa yang berdiri sendiri. Sedangkan di Indonesia, lebih sering dijumpai bangunan stupa yang menjadi bagian candi, seperti Candi Mendut dan Candi Borobudur.6
DAFTAR PUSTAKA
“Biyanto. ‘Positivisme dan Non Positivisme dalam Jurisprodensi’, Theosofi, Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam. Vol 3 No 2 Desember 2013,” t.t.
“Burke, Peter.2001. Sejarah dan Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.,” t.t.
https://ngawikabmuseumjatim.wordpress.com/menu-utama/purbakala/. t.t. Mbah soikromo tokoh sesepuh, t.t.
“Sedyawati, Edy. 1977. ‘Pemerincian Unsur dalam Analisis Arca.’ Dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi (PIA) I, 208-203. Jakarta: Pusat Penelitian Purbakala dan Tinggalan Nasional.,” t.t.
Widayunarko. juru pemeliharaan situs benteng reco, t.t.
No responses yet